Oktober 1997
Ketika semua orang sedang istirahat. Aku, Ayah dan Bunda
tiba-tiba terbangun dari tidur, karena kakak berteriak-teriak meminta tolong
kepada kami. Aku yang baru berusia 7 tahun tidak tahu apa yang terjadi terhadap
kakak. Dan hari itu, adalah hari terakhir dimana aku melihat kakak berjalan
untuk terakhir kalinya.
Sorenya ...
“Bunda, ka
David kemana?” Tanyaku.
“oh ka
David tadi keluar main basket sama teman-temannya, kalo mau nyusul kakak kerjakan
PR kamu dulu ya” Jawab mama.
“Iya Bunda,
aku udah selesai ngerjain PR nya, aku mau main sama kakak dulu ya” Jawabku
sambil memakai sandal dan berlari keluar rumah.
“Hati-hati
dijalan Disty” Teriak Bunda.
Aku Disty
Kirania, seorang anak yang sangat beruntung didunia ini. Aku mempunyai kakak bernama
David Aldyansyah, Kak David 6 tahun lebih tua dariku. Dia baru saja memasuki
sekolah barunya, SMP 6 Depok. Maupun jarak umur yang jauh dengan kakak, aku dan
kakak jarang sekali bertengkar. Karena Bunda selalu mengajari kita agar menjadi
saudara yang akur dan saling menyayangi.
Bunda dan
Ayah adalah orang yang paling berpengaruh dalam hidup kami. Ayah selalu mencari
nafkah dan menyempatkan berlibur bersama kami. Sedangkan Bunda, selalu ada
untuk aku, kakak dan Ayah.
***
Ditengah
jalan aku mendengar suara anak-anak yang sedang bermain di taman belakang
komplek rumah kami. Biasanya disana kakak dan teman-temannya selalu bermain
basket. Sore ini aku ingin berlatih basket dengan kakak. Karena kakak sudah
berjanji denganku, bila dia masuk SMP yang dia inginkan, maka dia akan
mengajariku basket. Aku menyukai basket karena kakak. Dia selalu memainkan bola
orange itu didalam rumah. Sampai-sampai Bunda memarahinya karena merusak
pajangan Bunda.
Sesampainya
dialapangan, aku tidak langsung menghampiri kakak. Karena kakak sedang asik
bermain dengan temannya. Kakak yang saat menggiring bola kea rah ring lawan
terlihat sangat fokus dan serius. Kakak dihadang oleh beberapa temannya yang
menjadi lawannya. Akhirnya kakak sampai didekat ring lawan dan kakak melakukan gerakan
slam dunk dan mencetak angka.
“Horeeeeeeeee,
kakak hebat!!!!!” Teriakku sambil menghampiri kakak.
Ternyata
kakak kaget dengan kedatanganku.
“Sejak
kapan kamu disana Dis?” Tanya kakak.
“Disty baru
aja dating ka. Kan hari ini jadwal kakak untuk ngajarin Disty. Kakak lupa ya?”
Jawabku.
“Kakak mana
lupa sih Dis, kan kakak udah janji sama kamu”
“Yaudah
sekarang kita latihan ya ka”
Kakak
langsung mengajariku beberapa trick baru dan cara mendribble bola dengan benar.
Karena selama ini aku belum terlalu lancar. Saat sedang memberikan contoh untuk
mendribble bola, kakak tersandung dan jatuh.
“Kak David
ngga kenapa-kenapa?” tanyaku, karena kakak terlihat kesakitan.
“ngggggg
.... kakak ngga kenapa-kenapa ko Dis” jawab kakak sambil memegangi kakinya
“Kita pulang ya Dis, kayanya kaki kakak perlu di kompres, agak keseleo
kayanya.”
“kakak
beneran ngga kenapa-kenapa? Yaudh kita pulang aja ka, sini Disty bantu jalan”
jaawabku sambil memegangi tangan kakak.
Sesampanya
dirumah, ternyata Bunda sedang ke luar. Hanya ada Bi Marsih dirumah. Aku
meminta Bi Marsih untuk melihat keadaan kaki kakak. Sedangkan aku berlari
menuju kulkas untuk mengambil kompres untuk kaki kakak.
“Bi, gimana
kaki kakak?”
“kaki kakak
ngga kenapa-kenapa ko Disty, palingan keseleo biasa aja” jawab kakak sambil
memegangi kompres yang tadi aku siapkan.
“Iya neng
disty, kayanya kaki den david cuma keseleo aja, nanti bibi panggilin Bi Iyem
yang suka ngurut Ibu.” Jawab Bi Marsih
“kakak
bener ngga kenapa-kenapa?” tanyaku lagi
“Iya Disty
cantiiiiiik, jangan khawatir yah, besok palingan udah baikan ko” jawab kakak
sambil megusap kepalaku.
Setelah
dikompres di ruang tamu, kakak langsung dibawa ke kamarnya oleh Bi Marsih dan
aku hanya bisa mengikuti dari belakang. Aku menemani kakak yang sedang
tertidur. Aku merasa bersalah kepada kakak. Karena aku udah membuat kakak
sakit. Dan akupun tertidur disamping kakak.
***
“Aaaaaaaaaaahhhhhhhhh!!!!!!!”
Suara
teriakan disampingku membuatku terbangun. Ternyata itu suara kakak yang
kesakitan.
“Bundaa,
Ayaaah!!!!” teriak kakak sambil memegangi kakinya
“Kakak
kenapa? Ka David!!” tanyaku
Tiba-tiba
pintu kamar ka David terbuka. Ada Ayah dan Bunda yang segera masuk.
“David,
kamu kenapa?” Tanya Ayah.
“Kaki David
yaah, kaki david!!!”
“kenapa
kaki kamu?” Tanya Bunda sambil memegangi kaki kakak.
“kaki David
ngga bisa digerakin, kaki David sakit!!” jawab kakak sambil berteriak. Teriakan
itu membuatku takut dan Bunda langsung memelukku dan mengajakku keluar kamar.
Bunda berlari mengambil handphone nya untuk menelepon Ambulance.
Tidak lama
kemudian Ambulance dating dan aku hanya duduk di sofa. Bunda menghampiriku.
“Disty, dirmah saja ya sama Bi
Marsih. Bunda dan Ayah mau menghantar kakak dulu sebentar, nanti setelah ka
David sudah baikan, Bunda akan emput Disty. Disty mengerti kan?”
“Iya Disty ngerti Bunda. Tapi
Bunda jangan lama-lama ya” jawabku
“Iya Bunda janji” jawab Bunda
sambil mencium keningku “BI, unuk mala mini bibi temenin Disty tidur ya, nanti
semua pintu dikunci da nada pak ujang yang ngejagain rumah”
“Iya bu” jawab Bi Marsih
Saat itu juga aku menangis. Entah
kenapa aku sedih melihat kakak yang terus berteriak-teriak. Teriakan kakak
terdengar sangat keras. Aku menangis dipelukan bibi, melihat ambulance yang
membawa kakak pergi, tangisanku semakin keras dan bibi membawaku masuk. Saat
itu aku tidak tahu bagaimana kabar kakak dan akhirnya aku tertidur.
Ini tulisan pertama gue yang baru gue post secara online. so nantikan kelanjutannya yah :D semoga tulisan ini makin hari makin kece *B)*. thank youuuuuu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar