Dari beberapa pendapat yang ada tentang unsur kebudayaan universal, pendapat C. Kluckhohn yang sering dijadikan sebagai referensi. Pendapat C. Kluckhohn tentang tujuh unsur kebudayaan merupakan hasil intisari dari pendapat-pendapat lainnya.
Dalam karyanya yang berjudul Universals Categories of Culture, ia menjelaskan 7 unsur kebudayaan universal yang selanjutnya disebut cultural universal, yaitu sebagai berikut.
1. Sistem kepercayaan (system religi)
2. Sistem pengetahuan
3. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia
4. Mata pencaharian dan system-sistem ekonomi
5. Sistem kemasyarakatan
6. Bahasa
7. Kesenian
Urutan unsur-unsur kebudayaan di atas menurut Koentjaningrat didasarkan pada mudah atau susahnya suatu unsur kebudayaan mengalami perubahan. Artinya, unsur kebudayaan yang ada pada nomor urut pertama dianggap sebagai unsur kebudayaan universal yang paling sulit berubah, sedangkan ururtan yang terakhir merupakan unsur kebudayaan yang paling mudah berubah.
Artikel:
“Bahasa Daerah, Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris?”
Posted by Dr. Dorodjatun Kuntjoro-Jakti on September 26, 2011 in Artikel Bahasa, Dr. Dorodjatun Kuntjoro-Jakti
Ketika saya masih menjadi mahasiswa di University of California, Berkeley, di Amerika Serikat, saya oleh seorang antropolog saya diminta untuk bercerita tentang jenis permainan anak-anak di Banten, tempat kelahiran saya. Ketika saya menyanyikan lagu daerah yang digunakan dalam permainan tersebut, ada bagian yang kemudian mampu membuat kita trans atau kesurupan. Permainan tersebut bercerita tentang kamanting, seekor lebah kecil yg berpura pura mengejar teman teman lebah lainnya. Agar kita betul betul mampu berperan seperti lebah itu, maka kita dibuat trans atau kesurupan. Ketika antropolog tersebut meminta saya menterjemahkan arti lagu itu, saya sampaikan pada beliau bahwa jangankan ibu saya, nenek saya pun belum tentu tahu, apalagi saya. Sampai sekarang lagu itu masih ada, tapi tidak ada yang tahu apa artinya dan kenapa mampu menimbulkan trans. Punahnya bahasa daerah Banten membawa serta kepunahan budaya yang khas daerah tersebut.
Demikian juga Ninik Towok di Jawa atau bahasa-bahasa daerah lainnya yang dipakai untuk upacara adat, belum tentu generasi sekarang mengerti maknanya.
Di Indonesia terdapat lebih dari 300 kelompok etnik atau suku bangsa dimana tiap kelompok etnik memiliki beberapa bahasa daerah. Penempatan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dalam Undang-undang Dasar Negara Kesatuan RI 1945 telah menempatkan bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi antar suku, termasuk bahasa pengantar dalam pelaksanaan pendidikan anak bangsa di sekolah-sekolah dan universitas-universitas di seluruh Indonesia. Bahasa Indonesia juga bahasa yang resmi digunakan oleh pemerintah daerah seluruh Indonesia. Hasilnya, dari Sabang sampai Merauke seluruh rakyat Indonesia bisa berbahasa Indonesia. Bahasa Indonesialah yang mempersatukan Indonesia.
Namun tidak bisa dipungkiri bahwa kehadiran bahasa Indonesia ikut mendesak punahnya bahasa daerah. Di Indonesia ada 746 bahasa ibu, tapi dari tahun ke tahun jumlahnya berkurang. Di Papua, dulu ada 273 bahasa daerah. Kini menjadi 271 bahasa. Di Sumatra, jumlah bahasa daerah berkurang, dari 52 bahasa menjadi 49 bahasa. Sementara di Sulawesi, bahasa daerah berkurang dari 116 bahasa menjadi 114 bahasa. Menurut hasil penelitian UNESCO, ke punahan bahasa ibu terbanyak terjadi di Indonesia. Punahnya bahasa ibu bisa menyebabkan punahnya budaya karena setiap bahasa memiliki istilah yang erat dengan tradisi dan budaya lokal.
Banyak istilah daerah ini sangat unik yang belum tentu dapat diterjemahkan begitu saja ke bahasa daerah lain atau ke bahasa Indonesia apalagi ke bahasa Inggris. Pengetahuan lokal tentang flora, fauna, alam sekitar, tradisi, seni dan budaya setempat banyak terekam dalam istilah atau bahasa daerah. Jika bahasa daerah punah maka kita akan kehilangan local wisdom dan sumber informasi lokal yang sangat penting.
Ketika saya mengamati peta mulai dari Hawaii, New Zealand hingga Indonesia Timur, saya berpikir, sebetulnya apakah yang menyatukan ras melayu polynesia di seluruh pacific. Ternyata kata ‘wa’. Di wilayah pacific ini banyak sekali tempat yang memiliki nama dengan awalan wa. Contohnya, Waingapu, Wakatobi, Wamena, Wanaka, Vanuatu, Wanganui, Waikiki, Wainaku dan lain=lain. Kata ‘wa’ ini pasti ada artinya yang berkaitan dengan wilayah polynesia.
Jadi keberadaan bahasa daerah selayaknya disejajarkan kepentingannya dengan bahasa Indonesia. Artinya seorang putera daerah Papua tidak hanya harus menguasai bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dengan suku bangsa lain tapi juga bahasa daerahnya. Karena kelangsungan bahasa daerah ada di tangan putera-putera daerah. Dan yang terakhir adalah juga menguasai bahasa Inggris agar mampu melakukan diplomasi internasional.Tanggapan saya:
Bahasa merupakan suatu media komunikasi dan membuat berbagai manusia berkerja sama. Bahasa juga mempersatukan suatu kesatuan dalam cara berfikir, berkerjasama dan berinteraksi.
Bahasa Indonesia memang merupakan sebuah bahasa nasional yang bersifat luas diwilayah Indonesia. Bahasa Indonesia juga merupakan penghubung dari bahasa-bahasa yang berada di Indonesia. Bahasa Indonesia juga merupakan bahasa kesatuan dan persatuan di Indonesia. Karena saat memerdekakan Indonesia, Presiden pertama kita, Bung Karno menggunakah Bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia juga mengalami perubahan-perubahan. Semakin majunya suatu bangsa, bahasa juga mempengaruhi kemajuan bangsa tersebut. Indonesia memang sudah mengalami banyak perubahan bahasa, tetapi Indonesia masih menggunakan EYD dengan baik. Bahasa Indonesia juga digunakan dalam media pengajaran di Indonesia, baik dikalangan pelajar dan mahasiswa. Bahasa Indonesia juga bahasa yang diunakan oleh pemerintah-pemerintah.
Bahasa Ibu/ bahasa adat merupakan bahasa dasar dari bahasa Indonesia. Indonesia hamper memiliki 700 lebih bahasa ibu. Menurut saya, bahasa ibu itu merupakan asal muasal dari bahasa Indonesia. Karena, mungkin bila tidak ada bahasa Ibu, bahasa Indonesia juga tidak bisa ditemukan. Mingkin saja bila tidak ada bahasa Indonesia, bahasa melayu bisa dijadikan bahasa nasional tetapi, Indonesia akhirnya memliki bahasanya sendiri.
Tapi selayaknya, kita juga harus melestarikan bahasa ibu di Indonesia. Dengan memberikan pelajaran bahasa ibu/bahsa adat di sejumlah daerah yang memang tempat berasalnya bahasa ibu. Misalnya, di Jawa Barat masih melestarikan budaya bahasa Sunda/ bahasa ibu dengan memasukkannya ke dalam kurikulum pelajaran. Agar semua masyarakat yang tinggal di daerah Jawa Barat mengerti dan memahami tentang bahasa ibu di daerah Jawa Barat.
Di Indonesia sangat kurang sekali tentang pentingnya bahasa Ibu. Banyak oarng yang menganggap bahasa ibu merupakan bahasa jadul (zaman dulu). Memang bahasa ibu/ bahasa adat merupakan bahasa dengan tingkat kesulitan yang cukup sulit. Saya mengakuinya, bahasa ibu/bahasa adat itu memang sulit untuk dipelajari. Tapi setidaknya kita harus mengerti bahasa Ibu/bahsa adat sedikit-sedikit. Agar bahasa ibu/ bahasa adat tidak punah dan pelestariannya juga harus didukung oleh pemerintah Indonesia.
Menurut saya, solusi yang paling efektif dilaksanakan, yaitu dengan mewajibkan seluruh warga Indonesia mempelajari beberapa bahasa ibu/bahasa adat di Indonesia atau bahsa ibu yang berada di wilayah mereka. Pemerintah juga harus menyediakan pendidikan/jurusan di Universitas yang mempelajari bahasa-bahasa ibu/ bahasa adat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar